sitting woman using smartphone with hearts and smartphone icons
  • Opini
  • Kenapa Media Sosial Bisa Menghancurkan Mental Tanpa Kita Sadari

    Jika ditanya, siapa yang paling sering kita lihat setiap hari?
    Jawabannya bukan keluarga, bukan teman, bukan pasangan.
    Tapi layar ponsel.

    Media sosial sudah seperti rumah kedua.
    Kita buka tanpa sadar.
    Kita scroll tanpa tujuan.
    Kita bandingkan hidup tanpa alasan.

    Yang tidak kita sadari adalah:
    media sosial bisa menghancurkan mental perlahan-lahan, diam-diam, tanpa suara.
    Dan sering kali kita baru sadar setelah efeknya terlalu dalam.

    Kenapa bisa begitu? Inilah beberapa alasannya.


    1. Karena Media Sosial Mengajarkan Kita Untuk Selalu Membandingkan Diri

    Tidak peduli seberapa kuat mental kita,
    kita tetap akan kalah jika setiap hari melihat:

    • orang yang lebih kaya,
    • lebih sukses,
    • lebih cantik atau tampan,
    • lebih bahagia,
    • lebih produktif.

    Masalahnya:
    yang mereka tampilkan adalah puncak,
    sedangkan kita melihat diri sendiri dari dasar.

    Itulah kenapa muncul pikiran seperti:

    • “Kok hidupku gini-gini aja?”
    • “Aku kalah jauh.”
    • “Kayaknya semua orang lebih berhasil dari aku.”

    Tanpa kita sadar:
    media sosial mencuri rasa syukur kita.


    2. Karena Algoritma Tidak Peduli Kesehatan Mental Kita

    Algoritma hanya punya satu tujuan: bikin kita scroll lebih lama.

    Jika kamu suka konten motivasi, algoritma beri ratusan konten motivasi.
    Jika kamu lihat drama, algoritma banjiri drama.
    Jika kamu lihat berita buruk, algoritma beri lebih banyak hal buruk.

    Sampai akhirnya kamu hidup di gelembung yang membuat kamu merasa:

    • dunia kacau,
    • manusia kejam,
    • semua orang lebih hebat dari kamu,
    • semua orang hidup lebih indah dari kamu.

    Bukan karena itu kenyataan—
    tapi karena itulah yang “paling membuat kamu betah online”.


    3. Karena Media Sosial Membuat Kita Takut Menjadi Diri Sendiri

    Pelan-pelan kita terbiasa hidup untuk dilihat, bukan untuk dijalani.

    Sebagian orang menjadi takut:

    • terlihat gagal,
    • terlihat biasa saja,
    • terlihat tidak menarik,
    • terlihat tidak sukses.

    Kita mulai mengedit diri:

    • edit wajah,
    • edit hidup,
    • edit kenyataan.

    Hingga akhirnya kita lupa siapa diri kita yang sebenarnya.


    4. Karena Media Sosial Mengalihkan Kita dari Realita

    Media sosial memberi dopamine cepat:
    like, komentar, views, notifikasi, pesan baru.

    Semuanya memuaskan… tapi hanya sebentar.

    Setelah itu kita merasa:

    • kosong,
    • gelisah,
    • butuh hiburan lagi,
    • butuh like lagi,
    • butuh validasi lagi.

    Dan terus berulang sampai menjadi kecanduan.

    Di titik ini, kita tidak lagi hidup di dunia nyata—
    kita hanya hidup di layar.


    5. Karena Media Sosial Menormalisasi Kepalsuan

    Orang yang paling bahagia di timeline belum tentu bahagia.
    Orang yang paling romantis belum tentu akur.
    Orang paling kaya belum tentu tidak punya masalah.
    Orang paling religius belum tentu paling suci.

    Tapi kita menelan semuanya seperti kebenaran.

    Akhirnya, standar hidup kita menjadi rusak.
    Kita menginginkan sesuatu yang bahkan tidak nyata.


    6. Karena Media Sosial Bisa Menghancurkan Prioritas

    Karena terlalu sibuk melihat hidup orang lain,
    kita lupa memperbaiki hidup sendiri.

    Yang harusnya fokus:

    • belajar,
    • bekerja,
    • mencari peluang,
    • meningkatkan skill,
    • membangun diri,

    malah habis hanya untuk:

    • scroll,
    • membaca komentar,
    • ikut debat orang asing,
    • membuat konten hanya demi validasi.

    Semakin lama, semakin sulit berhenti.
    Dan semakin sulit berkembang.


    7. Karena Media Sosial Perlahan-Lahan Mencuri Waktu Hidup Kita

    Bukan hanya menghancurkan mental,
    tapi juga menghabiskan waktu yang tidak akan pernah kembali.

    Coba hitung:
    1 jam per hari × 30 hari = 30 jam.
    30 jam × 12 bulan = 360 jam per tahun.
    360 jam = 15 hari penuh terbuang.

    Itu kalau cuma 1 jam.
    Kenyataannya?
    Banyak yang habiskan 3–5 jam sehari.

    Kita bisa kehilangan bertahun-tahun tanpa sadar.


    8. Karena Media Sosial Menciptakan Tekanan Tak Berwujud

    Tekanan seperti:

    • harus terlihat bahagia,
    • harus punya pencapaian,
    • harus update hidup,
    • harus punya sesuatu untuk dipamerkan.

    Kita merasa bersalah kalau hidup kita biasa-biasa saja.
    Padahal hidup normal itu sangat sehat.

    Tekanan yang tidak terlihat itu perlahan menggerogoti mental.


    9. Kesimpulan: Media Sosial Bukan Jahat, Tapi Tidak Peduli

    Media sosial bukan musuh.
    Kita yang harus belajar menggunakan dengan sehat.

    Jika digunakan dengan benar, media sosial bisa:

    • menghubungkan kita,
    • membantu belajar,
    • membuka peluang,
    • mengubah hidup.

    Tapi jika digunakan tanpa kendali,
    media sosial bisa menghancurkan mental tanpa kita sadari.

    Solusinya bukan menjauh, tapi mengatur.
    Bukan membenci, tapi mengendalikan.

    Kalau kita tidak menguasai media sosial,
    maka media sosial yang akan menguasai kita.

    Kang Affan

    Manusia Biasa

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    4 mins