Ada satu momen dalam hidup ketika saya sadar bahwa usia dewasa bukan hanya tentang umur yang bertambah, tapi tentang kenyataan-kenyataan hidup yang mau tidak mau harus diterima.
Tidak ada buku panduan menjadi dewasa.
Tidak ada guru khusus.
Tidak ada yang benar-benar siap.
Tapi dari perjalanan ini, ada beberapa pelajaran besar yang benar-benar mengubah cara saya memandang hidup.
1. Tidak Semua Orang Akan Menyukai Kita — dan Itu Tidak Masalah
Di masa remaja, saya terlalu sibuk berusaha disukai semua orang.
Saya ingin diterima, ingin dianggap baik, ingin terlihat menyenangkan.
Tapi semakin dewasa saya sadar:
Tidak peduli sebaik apa kita, akan selalu ada yang tidak suka.
Dari situ saya belajar:
lebih baik fokus menjadi diri sendiri daripada menghabiskan energi untuk membangun citra yang tidak akan pernah memuaskan semua orang.
2. Waktu Adalah Mata Uang Termahal
Dulu saya pikir uang adalah segalanya.
Semakin dewasa, saya sadar:
Waktu jauh lebih mahal dari uang.
Uang bisa dicari lagi.
Waktu tidak bisa kembali.
Ketika kita menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting—gosip, drama, membandingkan hidup, atau menunda—kita sedang membayar dengan sesuatu yang tidak bisa diganti.
Dan dewasa itu artinya belajar memilih apa yang layak diberi waktu.
3. Kedamaian Lebih Berharga daripada Pembuktian
Ternyata tidak perlu membuktikan apa-apa ke siapa pun.
Dulu saya merasa harus menunjukkan:
- saya bisa,
- saya sukses,
- saya tidak kalah,
- saya lebih baik dari perkiraan orang lain.
Sekarang saya hanya ingin tenang.
Ketenangan jauh lebih mewah daripada pujian online.
Dan kedamaian itu datang saat kita berhenti berlomba dengan standar orang lain.
4. Orang Datang dan Pergi — Tidak Semua untuk Tinggal
Usia dewasa memperlihatkan siapa yang benar-benar peduli dan siapa yang hanya hadir saat butuh.
Dulu saya sedih saat orang menjauh, sekarang saya mengerti:
Setiap orang punya perannya masing-masing.
Tidak semua harus ikut sampai akhir.
Ada yang hadir untuk mengajari,
ada yang hadir untuk menemani,
ada yang hadir untuk melukai agar kita belajar,
dan ada yang hadir sebagai pengingat bahwa kita kuat.
Kehilangan bukan berarti kita buruk.
Kadang itu cara hidup memberi ruang untuk orang yang lebih tepat.
5. Kesehatan Mental Sama Pentingnya dengan Kesehatan Fisik
Dulu saya mengabaikan perasaan sendiri.
Semua ditahan, semua dipendam, semua dianggap “lebay”.
Semakin dewasa, saya sadar:
- burnout itu nyata,
- overthinking itu melelahkan,
- luka batin itu ada,
- diri sendiri pun butuh didengarkan.
Belajar merawat mental adalah tanda kedewasaan yang sebenarnya.
6. Hidup Tidak Akan Selalu Sesuai Rencana — dan Itu Normal
Dulu saya pikir hidup harus sesuai script:
- umur sekian punya apa,
- umur sekian menikah,
- umur sekian stabil.
Tapi nyatanya, hidup bukan garis lurus.
Kadang kita tersesat, gagal, terpuruk, bangkit lagi, jatuh lagi, belajar lagi.
Dan itu semua wajar.
Yang terpenting bukan cepatnya sampai,
tapi bagaimana kita tetap melangkah meski jalannya kacau.
7. Kemandirian Itu Tidak Mudah, tapi Membebaskan
Usia dewasa perlahan mengajari:
- kalau sakit, kita tetap harus jalan;
- kalau capek, tetap harus bekerja;
- kalau sedih, tetap harus mengurus diri sendiri.
Tidak ada yang memaksa, tapi keadaan membuat kita harus kuat.
Dan pada akhirnya kita sadar:
Kemandirian itu bukan tentang tidak butuh orang lain,
tapi tahu bagaimana menolong diri sendiri saat tidak ada yang bisa menolong.
8. Syukur Membuat Hidup Lebih Indah Meski Tidak Sempurna
Semakin dewasa, standar kebahagiaan saya berubah.
Bukan lagi tentang punya segalanya,
tapi tentang menghargai hal-hal kecil:
- masih punya keluarga,
- punya tempat pulang,
- bisa makan hari ini,
- punya beberapa teman yang tulus,
- bisa bangun dengan tubuh yang sehat.
Kadang kebahagiaan hadir bukan karena kelebihan,
tapi karena kita mulai mensyukuri hal sederhana.
Penutup: Dewasa Itu Tidak Mudah, tapi Membuat Kita Lebih Mengerti
Pelajaran terbesar yang saya dapat di usia dewasa adalah:
Hidup ini bukan tentang menjadi sempurna,
tapi tentang menjadi lebih bijak setiap hari.
Kita boleh jatuh, kalah, gagal, tersesat.
Itu semua bagian dari proses.
Selama kita terus belajar—dari luka, dari kehilangan, dari pengalaman—maka kita sedang berjalan ke arah yang benar.
Dan itulah inti dari kedewasaan.